"Biksu Kecil & Sumur"
Seorang biksu kecil yang baru ditahbiskan, diminta mengambil air di dekat sumur vihara, ia pun segera pergi ke sumur & mulai menimba, tapi yang didapat hanya sumur kosong.
Ia terus berusaha menimba berkali-kali, tapi sia-sia, embernya selalu kembali tanpa air. Makin mencoba, makin emosi & kesalTiba-tiba Gurunya datang, spontan ia mengeluh pada Gurunya, “Mengapa Guru tidak bilang kalau sumur ini kosong, mengapa saya harus terus menimbanya?”
Sang Guru balik bertanya, “Berapa kali kamu menimba?” Ia menjawab, “Sudah banyak sekali & sungguh menguras emosiku”.
Guru berkata, “Bila sudah tau kosong, mengapa terus menimba, emosi, & menutup kesadaranmu?”
Guru berkata, “Bila sudah tau kosong, mengapa terus menimba, emosi, & menutup kesadaranmu?”
“PLAK”....
Kepala biksu kecil dipukul dengan tongkat.
“Lihat ke samping sumur, ada kran air dari pompa sumur; tinggal kau buka, airpun mengalir. Guru menyuruhmu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba sumur!”.
Seketika wajahnya pucat pasi, energi & emosinya telah terbuang dengan sia-sia hanya karena tidak ada usaha untuk membuka "Kesadarannya".
Pesan moral:
Biksu kecil itu tidak mendengarkan petunjuk Gurunya dengan seksama.
Biksu kecil itu tidak mendengarkan petunjuk Gurunya dengan seksama.
Dalam hidup, banyak "Guru" yang memberi petunjuk, seperti orang di sekitar, keadaan sekitar, dll; tetapi, seringkali kita tidak sadar karena:
1. Sombong
Tidak mau mendengar orang yang "levelnya di bawah" (karena faktor gender, usia, jabatan, kekayaan, pengalaman, pengetahuan, rohani, dll)
1. Sombong
Tidak mau mendengar orang yang "levelnya di bawah" (karena faktor gender, usia, jabatan, kekayaan, pengalaman, pengetahuan, rohani, dll)
2. Cuek/ tidak peka
Biksu kecil tidak peka pada keadaan sekitarnya, hanya fokus pada masalahnya, yaitu sumur yang kosong.
Biksu kecil tidak peka pada keadaan sekitarnya, hanya fokus pada masalahnya, yaitu sumur yang kosong.
3. Keras kepala
Biksu kecil itu masih merasa "benar", padahal telah gagal berkali-kali.
Biksu kecil itu masih merasa "benar", padahal telah gagal berkali-kali.
Saat tak dapat menangkap petunjuk "Guru", reaksi kita:
1. Marah/ emosi tanpa alasan; padahal penyebabnya karena kita sok tahu, terlalu yakin kita benar, & tidak mau mencari tau.
1. Marah/ emosi tanpa alasan; padahal penyebabnya karena kita sok tahu, terlalu yakin kita benar, & tidak mau mencari tau.
2. Menyalahkan kondisi, padahal diri sendiri yang perlu diperiksa.
Yang seharusnya dilakukan:
1. Introspeksi
Agar dapat menemukan kesalahan & kelemahan sendiri, bukan kesalahan & kelemahan orang lain.
1. Introspeksi
Agar dapat menemukan kesalahan & kelemahan sendiri, bukan kesalahan & kelemahan orang lain.
2. Bertobat
Bertobat atas kesalahan & kelemahan sendiri.
Bertobat atas kesalahan & kelemahan orang lain yang timbul karena kita, orang lain yang terluka karena emosi kita.
Bertobat atas kesalahan & kelemahan sendiri.
Bertobat atas kesalahan & kelemahan orang lain yang timbul karena kita, orang lain yang terluka karena emosi kita.
3. Berubah
Berubah butuh keberanian, keberanian mengubah kesalahan & kelemahan diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik.
Berubah butuh keberanian, keberanian mengubah kesalahan & kelemahan diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik.
Kita bisa mencontoh biksu kecil ini yang TERSADAR, meski sedikit terlambat & mendapat pukulan di kepalanya; jangan sampai uda "dipukul" berkali-kali, tapi tetap belum sadar hingga akhir hayat.
Sumber: kiriman dari seorang sahabat.
BY : ROMO Laurensius Rony
BLL_LBU ^_^
0 komentar:
Posting Komentar