Maria, Bunda Saya dan Bunda Saudara Semua
Perkenalkan nama saya Basilius Hendra Kimawan, seorang Biarawan Ordo Salib Suci dan sekaligus juga Pastor (maaf, panggilan saya bukan “romo”, tetapi “Pastor” atau kalau mau nyunda “rama”). Waktu saya studi di Italia dan berasistensi di Paroki sana, umat menyapa saya dengan “Don Basilio”. Maka, saya kadang pakai nama “Basilio” juga. Saya ditahbiskan pada 26 Juni 1996 di Paroki St. Laurentius Bandung, oleh almarhum Uskup Djajasiswaja.
Sejak saya masuk Seminari Menengah Mertoyudan (Juli 1984) saya semakin mencintai dan berdevosi pada Bunda Maria. Tiada hari sejak itu sampai hari ini, tanpa menyampaikan salam padanya: “Salam Maria”.
Bunda Maria ini sungguh luar biasa, rendah hati, sederhana, tidak banyak bicara. Menurut saya, kekuatan Maria terletak pada imannya yang luar biasa pada Allah dan hidupnya diwarnai dengan “YA” pada kehendak Allah. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lk 1:38). Kata-kata itu selalu menjadi sikap hati dan kerinduan Maria.
Teladan dari Maria yang selalu berani berkata “Ya” pada kehendak Tuhan, menguatkan iman saya saat saya mendapat perutusan untuk menjadi Pastor Kepala Paroki Pandu. Beberapa orang menyalami saya dan berkata: “Pastor, selamat ya atas kenaikan jabatannya menjadi Pastor Kepala Paroki” (Jadi pastor kepala dikatakan naik pangkat, seperti tentara saja ). Ada juga yang berkata: “Pastor, kalau sudah jadi Pastor Paroki Pandu, siap-siap saja menghadapi umat dan pengurus Gereja/Lingungan yang rewel dan semaunya (Rupanya umat Pandu dianggap umat yang sulit). Dan masih banyak lagi ucapan dan nasehat yang disampaikan, baik yang positif maupun yang negatif. Salam dan sapaan itu saya jawab dengan tersenyum dan dalam hati terdalam bergema kata-kata seperti yang Bunda Maria katakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakMu yang Tuhan. Demi Gereja dan Ordo, saya berkata “ya” pada kehendak Tuhan. Dan yang pasti Bunda Maria akan selalu mendoakan saya!
Maria selalu hadir dan menjadi Bunda kita semua. Ingat, saat Yesus tergantung di kayu salib, penginjil Yohanes mengisahkan peritiwa itu: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” … (Yoh 19:26-27). Dalam bahasa asli Alkitab, kata yang digunakan untuk Ibu adalah perempuan/wanita. Dengan menyebut perempuan dan bukan ibu, Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan bahwa Yesus menginginkan bahwa Bunda Maria bukan hanya menjadi bunda Kristus aja, namun menjadi bunda seluruh umat beriman.
Dengan demikian, melalui peristiwa yang sangat mengharukan ini Yesus memberikan ibuNya kepada kita semua, murid-murid yang dikasihiNya!. Kita telah diangkat menjadi anak-anak Maria, dan dengan sendirinya Maria adalah Bunda kita! Maka sudah layak dan sepantasnyalah kita menghormati Maria, kita berdevosi pada Maria dengan devosi yang paling tinggi dibandingkan dengan devosi-devosi kepada para kudus lainnya.
Menurut St. Fransiskus dari Sales devosi adalah ungkapan kasih yang mendorong kita untuk selalu aktif dan tekun melakukan semua perintah Tuhan, baik perintah-perintah yang diharuskan maupun dianjurkan/disarankan. Maka “Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita” (dikutip dariKatolisitas.Org).
=================================================================================
Kita sudah tahu, ia tidak ingin dipanggil Romo, melainkan Pastor saja. Oleh sebab itu jika disandingkan dengan nama lengkapnya, menjadi Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC. Ia adalah putra kelahiran Bandung, 7 januari 1968, anak ke 4 dari 8 bersaudara, putra dari Bapak Paulus Toha Gunawan dan Ibu Clara Lanny Anes, umat Paroki St Odilia- Cicadas, Bandung. Saat duduk di kelas 5 SD, ia dibaptis menjadi katolik. Sejak itu rupanya ketertarikannya dengan gereja bergulir sejurus dengan keaktifannya sebagai anggota misdinar dan legio. Hal ini dimudahkan karena ia bersekolah di SD dan SMP St Jusuf yang dari sisi jarak tak jauh dari rumah, gereja dan sekolahnya. Tumbuh bersama dengan gereja kelak mengarahkan langkahnya ke Seminari Menengah Mertoyudan ( 1984-1988).
Selepas dari Mertoyudan, ia diterima Novisiat OSC ( 1988). Setahun kemudian sesuai program pendidikan calon imam, ia menjadi mahasiswa Fak Filsafat Unpar. Pada than 1990 ia mengucapkan kaul sementara. Semester Orientasi Pastoral ia tempuh pada tahun 1993. Saat itu ia pernah bermukim di Pandu. Sebelum Tahun Orientasi Pastoral yang ia habiskan di Paroki Buah Batu (1995), terlebih dahulu ia telah menyelesaikan pendidikannya dan meraih S1 bidang Filsafat dan Teologi. Akhirnya Pastor yang penampilannya serius ini ditahbiskan pada tanggal 26 Juni 1996 di paroki St Laurentius oleh Mgr (alm) Alexander Joyosiswoyo.
Pulang Kampung
Berkat ketertarikannya pada bidang Teologi Kitab Suci, ia mendapat kepercayaan dari Ordo untuk melanjutkan bidang studi tersebut ke jenjang S2 di Universitas Gregoriana, Roma. ( 1996- 1999). Sepulang dari Italia, ia tinggal di Pronpisialat sambil mengajar di Unpar selama kurang lebih 1 tahun. Kehidupan berpastoralnya ia awali di Agats, Papua pada tahun 2000-2001. Pengalaman karya pastoralnya kemudian terasah kembali, saat ia ditugaskan di paroki St Josef, Tebing Tinggi, Sumut ( 2001- 2008). Seiiring tugasnya di paroki, ia pun akfif di Keuskupan dengan menjabat di berbagai posisi, seperti OMK dan Dewan Penasehat Keuskupan Medan.
Pada tahun 2008 ia pulang kampung dan bertugas sebagai pastor mahasiswa di GEMA, sambil kembali mengajar di Unpar. Disamping itu ia sekaligus menjadi pendamping frater di Skolastikat OSC, Jl. Sultan Agung hingga April 2013.
Selain Pastor Hendra, adiknya Pastor Harris juga adalah seorang biarawan OSC. Ia dan adiknya tersebut, putra ke 6 di keluarga mereka, bersama sama sewaktu masa kecil “tumbuh” di gereja. “ Oleh sebab itu, bibit panggilan tidak tumbuh dari dalam keluarga semata, namun bisa juga dari lingkungan, dimana seorang anak bertumbuh”, ucap Pastor Hendra yang punya hobby baca, nonton dan renang ini.
Selepas dari Mertoyudan, ia diterima Novisiat OSC ( 1988). Setahun kemudian sesuai program pendidikan calon imam, ia menjadi mahasiswa Fak Filsafat Unpar. Pada than 1990 ia mengucapkan kaul sementara. Semester Orientasi Pastoral ia tempuh pada tahun 1993. Saat itu ia pernah bermukim di Pandu. Sebelum Tahun Orientasi Pastoral yang ia habiskan di Paroki Buah Batu (1995), terlebih dahulu ia telah menyelesaikan pendidikannya dan meraih S1 bidang Filsafat dan Teologi. Akhirnya Pastor yang penampilannya serius ini ditahbiskan pada tanggal 26 Juni 1996 di paroki St Laurentius oleh Mgr (alm) Alexander Joyosiswoyo.
Pulang Kampung
Berkat ketertarikannya pada bidang Teologi Kitab Suci, ia mendapat kepercayaan dari Ordo untuk melanjutkan bidang studi tersebut ke jenjang S2 di Universitas Gregoriana, Roma. ( 1996- 1999). Sepulang dari Italia, ia tinggal di Pronpisialat sambil mengajar di Unpar selama kurang lebih 1 tahun. Kehidupan berpastoralnya ia awali di Agats, Papua pada tahun 2000-2001. Pengalaman karya pastoralnya kemudian terasah kembali, saat ia ditugaskan di paroki St Josef, Tebing Tinggi, Sumut ( 2001- 2008). Seiiring tugasnya di paroki, ia pun akfif di Keuskupan dengan menjabat di berbagai posisi, seperti OMK dan Dewan Penasehat Keuskupan Medan.
Pada tahun 2008 ia pulang kampung dan bertugas sebagai pastor mahasiswa di GEMA, sambil kembali mengajar di Unpar. Disamping itu ia sekaligus menjadi pendamping frater di Skolastikat OSC, Jl. Sultan Agung hingga April 2013.
Selain Pastor Hendra, adiknya Pastor Harris juga adalah seorang biarawan OSC. Ia dan adiknya tersebut, putra ke 6 di keluarga mereka, bersama sama sewaktu masa kecil “tumbuh” di gereja. “ Oleh sebab itu, bibit panggilan tidak tumbuh dari dalam keluarga semata, namun bisa juga dari lingkungan, dimana seorang anak bertumbuh”, ucap Pastor Hendra yang punya hobby baca, nonton dan renang ini.
Sumber :
=================================================================================
Hope :Berharap suatu saat nanti bisa bertemu kembali dengan Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC. O:)
0 komentar:
Posting Komentar